Setiap malam minggu, aku menelepon Bapak dan Ibu di Jogja, bercerita kepada mereka tentang hari-hariku di ibukota. Kebanyakan mereka akan tertawa mendengarkan ceritaku. Ibu tertawa gembira, begitu juga Bapak. Setiap aku menelepon, mereka sedang leyeh-leyeh di ruang tamu yang baru saja kuperbaiki setahun lalu.
Aku
bercerita tentang orang-orang lucu di kantorku, tentang kemacetan di Jakarta
yang menyita waktu, juga tentang niatku untuk menjadi seorang novelis best seller di dunia dan penulis blog dengan
viewers jutaan.
Ibu
hanya terus berdoa agar aku baik-baik saja di Jakarta dan Ibu akan mengamini
setiap doa yang kupanjatkan. Bapak sangat antusias dengan cerita-ceritaku. Beliau
menimpali dengan tawa khasnya, ditambah dengan kalimat ‘Mengapa bisa begitu?’,
‘Oh, tidak pasti kamu bercanda’.
Tiga
puluh menit sebelum aku menutup telepon, Bapak gantian yang bercerita. Aku
selalu suka setiap beliau bercerita. Beliau pendongeng yang baik. Aku menyukai Bapak
karena beliau pahlawanku sejak dulu. Meskipun, aku tak ingin seperti beliau. Selepas
aku SMA, aku pernah bertekad bahwa aku tak ingin seperti beliau. Mungkin dia
sedih mendengar ini, tapi itulah faktanya.
Bapak,
maafkan, aku tak ingin sepertimu.
#
# #
Dulu
waktu aku SMA, Bapak kira-kira berumur 60 tahun. Di umurnya yang sudah lebih
dari setengah abad, tubuh Bapak masih tergolong kuat. Setiap hari dia
mengendarai sepeda tuanya, menyusuri jalan-jalan di desaku. Di bagian belakang
sepeda, ada keranjang dengan setumpuk kelapa muda. Bapak memang seorang
pemanjat pohon kelapa. Ia berangkat pagi dan pulang sehabis ashar. Setelah itu,
ia akan pergi ke sawah menengok padi. Begitulah kegiatannya sehari-hari.
Bapak sering kelelahan di malam hari, tetapi beliau masih tersenyum. Beliau sering minta dipijiti oleh Ibu. Rumah kami berupa rumah semi permanen karena sempat rubuh diterjang gempa tahun 2006. Dia sering sakit kepala setelah seharian bekerja mencari kelapa. Bapak bahkan pernah hampir jatuh dari pohon kelapa setinggi hampir 20 meter. Meskipun bekerja sepanjang hari, Bapak masih sering kesulitan keuangan. Beliau terpaksa harus berhutang untuk membiayai sekolahku. Itu semua terjadi diumurnya yang keenampuluh.
Bapak sering kelelahan di malam hari, tetapi beliau masih tersenyum. Beliau sering minta dipijiti oleh Ibu. Rumah kami berupa rumah semi permanen karena sempat rubuh diterjang gempa tahun 2006. Dia sering sakit kepala setelah seharian bekerja mencari kelapa. Bapak bahkan pernah hampir jatuh dari pohon kelapa setinggi hampir 20 meter. Meskipun bekerja sepanjang hari, Bapak masih sering kesulitan keuangan. Beliau terpaksa harus berhutang untuk membiayai sekolahku. Itu semua terjadi diumurnya yang keenampuluh.
Aku
tak pernah tahu, apa yang Bapak bayangkan saat beliau menikmati hari tuanya.
Aku sangat yakin, Beliau tidak pernah membayangkan akan melepas hari tuanya
dengan bekerja seharian mencari nafkah untuk istri dan anak bungsunya yang
masih SMA.
Selepas
SMA, aku pernah berjanji pada diriku sendiri bahwa aku tak ingin seperti Bapak.
Aku tak ingin menikmati hari tuaku dengan bekerja keras menaiki satu pohon ke
pohon kelapa lainnya. Aku sangat beruntung mendapatkan beasiswa delapan
semester di Teknik Industri UGM. Aku juga beruntung bisa diterima di salah satu
perusahaan otomotif bonafit di Indonesia. Aku tak ingin hidup seperti Bapak di
hari tuaku.
Lingkungan
kantor mengajarkanku banyak hal. Aku bertemu dengan orang-orang yang
mengajariku tentang banyak hal; investasi, menabung, dll. Aku juga beruntung
karena kantor tempatku bekerja sudah berkerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan.
Aku
tak pernah menyalahkan Bapak karena tak pernah mempersiapkan hari tuanya,
karena Bapak hanyalah lulusan SD yang tak seberuntung diriku.
Tetapi,
jika boleh berandai-andai. Andai saja Bapak dulu beliau bekerja di perusahaan kemudian
mendapatkan ‘Jaminan Hari Tua (JHT)’ dan ‘Jaminan Pensiun (JP)’ dari BPJS,
mungkin masa tuanya tak akan pernah seberat waktu itu. Mungkin, dia akan
bahagia di hari tua.
Sesuai dengan namanya, JHT adalah dana yang disimpan hingga masa pensiun yang diharapkan dapat meminimalisir risiko sosial dan ekonomi di hari tua. Bapak akan tersenyum menikmati masa tuanya, memiliki cukup tabungan untuk menghidupi hari-harinya, bahkan untuk membiayai sekolahku waktu itu. Ia mungkin bisa berkebun, memelihara ternak, atau burung-burung, tanpa berpikir pusing tentang keadaan keuangannya. Bapak bisa mencairkan JHT secara keseluruhan saat beliau memasuki usia pensiun. Kemudian, ia juga akan mendapatkan JP setiap bulannya. Besar manfaat JP dihitung dari formula tertentu berdasarkan masa iuran upah, mekanisme penyalurannya berupa asuransi sosial. Kurasa itu cukup untuk hari tuanya. Jika perusahaan tempat kita bekerja sudah bekerjasama dengan BPJS, iuran tiap bulan akan langsung dipotong dari gaji pokok dan tunjangan tetap kita. Besarnya 5.7% dari upah (2 % pekerja, 3.7% pemberi kerja)
Jadi
Pak, maafkan aku karena aku harus jujur padamu. Aku tak ingin sepertimu.
Aku
mempersiapkan hidupku sebaik-baiknya. Belajar menabung, investasi, dan bekerja.
Untung saja, kantor tempatku bekerja telah bekerja sama dengan BPJS, sehingga aku sudah pasti akan mendapatkan JHT nantinya. Orang
asing yang bekerja di Indonesia lebih dari 6 bulan pun bisa mendapatkan JHT
sepertiku.
Aku
merasa tenang karena JHT akan dibayarkan sebesar iuran yang
terkumpul ditambah dengan hasil pengembangannya ketika aku sudah mencapai umur
56 tahun atau meninggal dunia, atau cacat total tetap. Bahkan ketika aku
berhenti bekerja, aku juga bisa mencairkannya asalkan masa keanggotaan BPJS-ku
sudah 5 tahun dan masa tunggu 1 bulan.
Aku tak ingin ketika tua nanti, aku masih harus bekerja sangat keras mencari nafkah untuk menghidupi keluargaku. Dari data di bawah ini terlihat bahwa, 47.48% lansia di Indonesia masih bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mungkin orang-orang itu bernasib sama dengan Bapak yang harus bekerja keras untuk membiayai hidupnya. Dengan memiliki JHT & JP, mungkin saja masalah itu tidak akan terjadi. Kita akan merasa aman untuk masalah keuangan saat telah pensiun nanti.
Aku tak ingin ketika tua nanti, aku masih harus bekerja sangat keras mencari nafkah untuk menghidupi keluargaku. Dari data di bawah ini terlihat bahwa, 47.48% lansia di Indonesia masih bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mungkin orang-orang itu bernasib sama dengan Bapak yang harus bekerja keras untuk membiayai hidupnya. Dengan memiliki JHT & JP, mungkin saja masalah itu tidak akan terjadi. Kita akan merasa aman untuk masalah keuangan saat telah pensiun nanti.
Bagiku, setidaknya ada 3 tujuan hidupku untuk kehidupan hari tuaku yang bahagia; (1) sehat financial, (2) sehat secara jasmani, dan (3) memiliki banyak teman. Kita harus memiliki 3 hal ini sekaligus. Tidak boleh kurang satu pun. Sementara Bapak, hanya memiliki 2 hal :: Sehat secara jasmani dan memiliki banyak teman. Jadi, Bapak belum bisa dikatakan bisa Bahagia di Hari tuanya.
Berikut
adalah 5 hal yang saya persiapkan untuk bahagia di hari tua.
Pertama, Terus Belajar
Bapakku
hanyalah seorang lulusan SD yang kemudian bekerja menjual kelapa muda. Belajar
dari pengalaman Bapak, aku selalu ingin terus belajar sejak dulu. Karena aku
tak ingin seperti dia. Dengan terus belajar, kita akan memiliki banyak cerita
untuk hari tua. Kita akan mengenang satu persatu hal yang telah kita pelajari. Bekal
pendidikan sangat dibutuhkan untuk mengembangkan potensi kehidupan saat hari
tua, supaya tetap produktif dan berperan aktif dalam masyarakat. Kita harus
terus menerus menambah ilmu dengan bersosialisasi dan aktif membaca.
Kedua, Pola Hidup Sehat
Dalam
aspek kesehatan diketahui semakin bertambah tua umurnya, maka lansia yang mengalami
keluhan kesehatan akan semakin banyak. Maka sejak muda harus dimulai untuk hidup sehat, seperti menjaga makan dan olahraga.
Saat ini saya mulai rajin lari dan berenang minimal sekali seminggu. Selain badan lebih terlihat ‘kurus’ dan ‘fit’, hal ini juga menambah konsenstrasi saat aku menulis novel.
Saat ini saya mulai rajin lari dan berenang minimal sekali seminggu. Selain badan lebih terlihat ‘kurus’ dan ‘fit’, hal ini juga menambah konsenstrasi saat aku menulis novel.
Ketiga, Investasi dan Menabung
Sewaktu
aku SMP, aku pernah ditarik uang untuk Karyawisata ke Bandung. Saat itu, aku
meminta Bapak dan Bapak tidak memiliki tabungan. Beliau harus bekerja lebih
giat dan mengumpulkan uang agar aku bisa ikut kegiatan itu. Semakin dewasa, aku
semakin sadar bahwa memiliki tabungan adalah hal yang penting. Namun, ternyata
tabungan saja tidak cukup. Menabung hanya untuk kebutuhan yang jangka pendek.
Sementara untuk kebutuhan jangka menengah dan panjang kita harus berinvestasi. Investasi
merupakan salah satu cara untuk mendayagunakan dana yang kita miliki untuk masa
depan. Banyak pilihan investasi saat ini, mulai dari deposito, emas, reksanada
dll.
Keempat, Menjalin Komunikasi dengan
Sahabat dan Saudara
Bapak
termasuk orang yang humoris. Prinsip beliau ‘Meski tidak punya uang, kita tetap
harus tertawa bahagia bersama sahabat-sahabat.’ Bapak suka sekali berkumpul
dengan teman-temannya dan bercerita. Baginya, itu adalah salah satu kunci ia
awet muda.
Menurut
Liputan 6, ternyata salah satu rahasia tetap bahagia di hari tua terletak pada
teman-teman di sekeliling dan sebesar apa usaha untuk mempertahankan mereka.
Mempertahankan kehidupan sosial yang aktif, bahkan ketika kesehatan mulai
menurun, bisa jadi kunci tetap bahagia sampai akhir hayat.
Kelima, Menjadi Anggota BPJS Ketenagakerjaan
Melihat
pengalaman Bapak selama ini, aku menjadi yakin bahwa menjadi anggota BPJS sangatlah
penting. Untung saja saya bekerja di perusahaan yang sudah bekerjasama dengan
BPJS ketenagakerjaan. BPJS Ketenagakerjaan memiliki beberapa program, antara
lain Jaminan Hari Tua, Program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, dan Jaminan
Pensiun.
Bagi
kamu yang belum mendaftar, bisa lihat informasinya di sini.
Jadi
Bapak, sekali lagi aku ingin berkata, aku tak ingin sepertimu. Maafkan aku.
Namun, aku belajar banyak dari pengalaman hidupmu.
I love you.
ya betul , persiapan ahri tau perlu sekali
ReplyDeleteIya benar :)
Deletememanng perlu banget mbak.. supaya waktu beranjak tua hanya tinggal menikmati hasilnya
ReplyDeleteIyess...bener. Btw, saya pria lho ini hehehe
DeleteKeren artikel nya , mampir juga ya di artikel saya http://bpjs.blogdetik.com/2017/02/12/pensiun-tenang-dengan-jaminan-pensiun-bpjs .
ReplyDeletesemoga sukses !! :)
Terima kasih. Sudah mampir yah.
DeleteSelamat ya jadi pemenang utama, tulisannya keren!
ReplyDeleteTerima kasih :)
DeleteSelamat Kang hebat jadi pemenangnya :)
ReplyDeleteTerima kasih :)
Deletekeren banget artikelnya, top class
ReplyDeleteTerima kasih :)
DeleteSelamat mas alhirnya jadi pemenang.. Semoga selalu sukses mas
ReplyDeleteAmin, amin. Terima kasih :)
DeleteSelamat ya pak.. Top bingit artikelnya..
ReplyDeleteSelamat, penulis hebat :)
ReplyDeleteTerima kasih :)
DeleteCongrats Mas, dan dalam kenal ya :) tulisan yg meenginspirasi.
ReplyDeleteTerima kasih :)
DeletePantes aja tulisan ane kalah,selamat ya
ReplyDeleteTerima kasih :)
DeleteSelamat ya kang, semoga tetap menginspirasi :)
ReplyDeleteTerima kasih :)
Deleteselamat mas jadi pemenang nih hehe
ReplyDeleteTerima kasih :)
DeleteKenapa kesana yang saya dapat dari membaca tulisan ini adalah penulis sangat tidak ingin menjadi seperti bapaknya ya.
ReplyDeleteMungkin karena ada pengulangan beberapa kali dibeberapa kalimat pada artikel.
Menuliskan sekali saya rasa sudah cukup, bayangkan kalau sang bapak membaca tulisan ini.
Hanya analogi saja kok...
DeleteSebenarnya saya juga sudah minta ijin ke Bapak tentang hal ini. Dan beliau alhamdulillah merestui.
Tapi terima ksih komennya :)
Emang bagus artikelnya writer dari PUNDONG yang satu ini,,inspairing semoga tetap berkarya.
ReplyDeletejika sempat kunjungi
juga dearybelajarku.blogspot.com
Terima kasih....salam dari Pundong
DeleteSalam kenal dari #BloggerPontianak Mas Bro, congratz yak... ;-)
ReplyDeleteSalam kenal balik ya
DeleteHello selamat ya
ReplyDeleteMemang artikel mu unik, inspiraif dan juga kreatif.
Saya banyak belajar dar mu.
Saya alhamduillah hanya sampai 5 besar artikel terpilih
Hihihihii. Salam kenal ya
Asep Haryono
Pontianak
Tulisan diatas, membangkitkan memoriku dengan ayah yang sudah tenang beristirahat.alur cerita serupa,walau tak persis sama....
ReplyDeleteTerima kasih sudah mampir. Mari terus berkarya. Saya yakin Ayah kamu pasti bangga.
Delete