Dear Para Atlet & Suporter Indonesia,
Mari kita mulai tulisan ini dengan cerita singkat masa kecilku. Aku
masih ingat hari itu, salah satu hari yang sangat menyebalkan dalam hidupku.
Aku masih duduk di bangku SMP. Hari itu, kelasku sedang pelajaran olahraga. Semua
rasa percaya diriku larut bersama sorak-sorai orang-orang di sekitar lapangan
sepak bola. Ingin rasanya aku tenggelem ke bumi, ditelan tanah, ketika aku
gagal menendang bola ke gawang. Bukan karena aku seorang bintang lapangan yang
GAGAL, tapi karena memang aku tidak bisa bermain sepak bola. Sebagian orang
menertawaiku karena hal itu.
Aku hanya bisa duduk di pinggir lapangan. Melihat orang-orang di
sekelilingku, terutama kakak angkatan yang saat itu sedang melihat kelasku.
Mereka mencibir, menuding, dan tertawa keras. Umurku saat itu belum genap 15
tahun, dan aku bersumpah dalam diriku, aku tidak ingin menjadi pemain sepak
bola. Aku memang tidak bisa. Namun, ketidakmampuanku itu diperparah oleh rasa
percaya diri yang telah direngut oleh orang-orang yang menertawaiku saat itu.
Mungkin sebagian orang menganggap cerita ini hanya remeh temeh. Ah, kayak gitu aja masak menyerah. Ya, mungkin
karena mereka tidak mengalaminya sendiri. Mungkin mereka tidak tahu betapa malu
dan menjijikannya aku waktu itu. Namun yang jelas, peristiwa itu telah membuatku
trauma untuk ikut pelajaran olahraga, terutama saat harus bermain sepak bola. Aku
trauma disoraki, ditertawai, dibuat bahan cerita kakak angkatan. Trauma itu
bahkan efeknya bertahun-tahun. Aku menghindari hal-hal yang bersifat olah
fisik, karena aku TRAUMA.
Untung saja, aku tidak lekas patah arang karena meratapi trauma itu dan
tidak bergerak ke mana-mana. Aku mencoba untuk berprestasi di bidang lain. Aku
harus selalu juara kelas, harus bisa sekolah tanpa biaya, harus masuk UGM
dengan beasiswa.
And, I did It.
Cerita ini akan lompat beberapa tahun kemudian. Saat aku sudah beranjak
dewasa dan menjadi salah satu karyawan di perusahaan otomotif nomer wahid di
negeri ini.
Aku ternyata menyukai salah satu bidang olahraga, yaitu Badminton. Bukan
sebagai pemain, tapi sebagai suporter. Aku melihat beberapa pertandingan, baik
secara langsung ataupun dari internet. Ikut bangga saat Atlet-atlet nasional
kita menang dan membawa medali ke Tanah Air.
Suatu hari, ada pertandingan International Badminton. Aku tidak ingin
menyebutkan pertandingan apa. Hasil pertandingan itu adalah INDONESIA pulang
dengan tangan hampa. Atlet dihujat di dunia maya. Linimasa ramai oleh
orang-orang yang menyebutkan bahwa para Atlet tidak fokus. Akun Social Media mereka diserbu oleh cacian.
Keseharian mereka diawasi dan dicaci. Salah satu Atlet sampai harus mematikan
kolom komentar di instagram.
Kubaca satu persatu komentar mereka di linimasa. Sebagian bernada negatif
(koreksi aku jika aku menganggap kata ‘tolol’ itu keterlaluan) Aku terhempas ke
masa kecilku. Saat aku mendadak menjadi beku di tempat. Semua orang memandang.
Tertawa. Mengataiku.
Bukan cacian yang mereka butuhkan. Bukan komentar negatif. Mereka adalah
Atlet-atlet Indonesia. Kita sebagai suporter wajib untuk mendukung. Berikan
kritik & saran positif, bukan menjatuhkan. Kalah jangan dicaci, kalah
jangan dibenci. Perjuangan mereka bukan masalah menang dan kalah, tapi mereka
telah membawa nama Indonesia.
Sudah tiga tahun terakhir aku selalu menonton langsung INDONESIA OPEN.
Euforia di stadion langsung memang terasa berbeda. Ikut deg-degan saat
poin-poin kritis, gemas saat lawan lebih jago, antusias saat Atlet sampai jatuh
bangun mengejar bola, dan menangis saat mereka naik ke Podium Juara.
Saat para Atlet sudah kelelahan secara fisik dan mental di lapangan, apakah
mereka juga harus kelelahan secara mental saat di kamar dan membaca jutaan
komentar negatif dari orang-orang. Aku selalu percaya bahwa ENERGI NEGATIF itu
akan menular, bukannya memberikan semangat. Justru akan membuat down, menghilangkan rasa percaya diri.
Aku pernah trauma karena hal ini. Bagaimana dengan mereka?
Aku pernah menonton video anak-anak kecil di Jepang (cek video di sini)
yang sedang olahraga. Seorang anak kecil gagal terus ketika harus melompati tumpukan
balok. Dia menocba hingga beberapa kali. Namun, teman-temannya tidak mengejek.
Mereka justru menyemangati, membuat anak kecil itu bersemangat dan akhirnya
bisa. Energi positif memang bisa membuat semuanya jadi lebih mudah.
Jadi saat ini, marilah jadi Suporter Indonesia yang cerdas.
Kita semua sudah tahu bahwa mulai tanggal 18 Agustus 2018, Indonesia
mendapatkan kehormatan untuk menjadi tuan rumah salah satu perhelatan olahraga
terbesar, yaitu ASIAN GAMES 2018. Sebagai tuan rumah, pemerintah telah
berbenah. Menyiapkan segala hal untuk mendukung pelaksanaan perhelatan ini.
Jalan-jalan diperaharui, sistem-sistem diperbaiki. Ini semua dilakukan agar
INDONESIA tetap selalu membanggakan.
Sebagai warna negara INDONESIA, kita tentu saja harus siap mendukung
perhelatan yang akan dilaksanakan di Jakarta dan Palembang ini. Meskipun hanya
dilaksanakan di dua kota tersebut, namun kita juga tetap harus POSITIF
mendukung perhelatan Asian Games 2018. Kita dukung Atlet-atlet kita yang akan
berjuang untuk negeri tercinta.
Aku kan nggak tinggal di Jakarta atau
Palembang. Bagaimana aku bisa mendukung mereka?
ASIAN GAMES 2018 tidak hanya milik warga Jakarta dan Palembang, tapi juga
milik 34 Provinsi di Indonesia. Manfaatkanlah dunia maya sebaik mungkin.
Sebarkan semangat positif. Tunjukkan kepedulian dengan hal-hal positif.
Misalnya dengan mengikuti kompetisi ONLINE di dukungbersama.id. Tebarkan
komentar-komentar POSITIF di social media.
Jangan biarkan hal negatif dan kebencian menghiasi linimasa. Atau kamu juga
bisa menjadi DUTA SUPORTER INDONESIA yang diadakan oleh KOMINFO. Download
aplikasinya (khusus Android) dan jadilah satu dari dua orang yang akan menjadi
DUTA SUPORTER INDONESIA. Cek informasinya di dutasupoerter.id. #dukungbersama
Asian Games 2018.
Aku sendiri karena menyukai BADMINTON, maka aku selalu memberikan
informasi-informasi terkait Atlet Badminton. Aku mencoba mengenali satu persatu
para Atlet. Karena dengan mengenal para Atlet, aku telah berusaha untuk
memahami PERJUANGAN mereka.
Apalah arti perjuangan, tanpa dukungan. Apalah arti perjuangan jika
hanya sendirian. Aku berharap para Atlet Indonesia bisa memberikan yang terbaik
untuk INDONESIA. Berjuanglah dengan segala kemampuan yang ada. Kalian telah
berlatih dengan keras, saatnya keluarkan semua kemampuan.
Energi positifmu akan memberikan dampak yang luar biasa. Jika kalah
bangkit lagi, jika kalah lagi, bangkit untuk kesekian kali.
Karena kalian, Para Atlet, adalah orang-orang terpilih yang mewakili
INDONESIA. Menang dan kalah hanyalah sebuah kompensasi dari KERJA KERAS, DOA,
dan KONSISTENSI.
Jika komentar-komentar negatif menghiasi dinding timelinemu, maka
lawanlah dengan hal yang positif. Selalu berikan senyuman, semangat, dan
kegigihan untuk Indonesia. Mari bersatu untuk menjadi sebuah bangsa yang kuat
dan di bawah filosofi Bhineka Tunggal Ika.
Indonesia adalah rumah ratusan etnis, budaya, suku, dan bahasa. Dengan
perbedaan itulah kita bersatu, termasuk dalam hal OLAHRAGA. Semangat POSITIF
untuk INDONESIA JAYA.
Seperti makna dari ketiga MASKOT ASIAN GAMES, yaitu BHIN BHIN (Burung
Cenderawasih) yang menggambarkan STRATEGI, ATUNG (Rusa bawean) yang
merepresentasikan KECEPATAN, dan KAKA (badak bercula satu) yang menggambarkan
KEKUATAN, jadikanlah MOMENTUM ASIAN GAMES untuk mempererat persaudaraan antar
bangsa.
Semangat para Atlet INDONESIA-ku.
Terus tebarkan hal posifit Suporter Indonesiaku. Ayo #dukungbersama Atlet
Indonesia di Asian Games 2018.
Har !
semangat atlet indonesia, maju terus
ReplyDeleteUntuk INDONESIA
DeleteMendukung, termasuk dengan kata-kata postif, merupakan energi yang sangat penting bagi para atlet tentunya.
ReplyDeleteIya sangat setuju...mari dukung dengan energi positif.
DeletePasti sering mantengin FP di Facebook kan😂. Disana semua kata kata kasar tersusun dengan indah kalau atletnya kalah
ReplyDeleteAku mantenginnya di IG, dan sama saja. Seharusnya jika kalah, kritiklah sepantasnya dan sebijaknya.
DeleteTetap semangat, jadikan setiap kritikan sebagai pembangkit semangat berjuang...
ReplyDeleteIyah, Para Atlet harus selalu semangat. Sebagai suporter kita harus memberikan dukungan positif. Kritiklah yang membangun bukan menjatuhkan.
DeleteMz,apakah sikap dan nada komentator mereka yang ada di media sosial bisa dipengaruhi oleh komentator pertandingan? Seperti, maaf, gaya komentator Bung Valen, yang menurut saya, terlalu menaruh ekspektasi besar tanpa menjelaskan musuh yang dihadapi.
ReplyDelete